NILAI DASAR PERGERAKAN
Ditulis oleh: Zahrotun Nafisa
(Biro
Kajian dan Wacana Rayon Psikologi dan Kesehatan)
NDP
Sebagai Falsafah Bergerak Dalam Menerjemahkan Nilai-Nilai Ke-Islaman,
Ke-Indonesiaan dan Kemanusiaan
A. Prawacana
Dalam
konteks landasan bergerak, dasar filosofis dari setiap aktivitas berpikir,
bertutur kata serta bertingkah laku, PMII memiliki Nilai Dasar Pergerakan.
Kata
nilai itu sendiri secara umu mengandung pengertian konsep yang menunjuk pada hal-hal yang dianggap berharga
dalam kehidupan manusia, yaitu tentang apa yang dianggap baik, layak, pantas,
benar, penting, indah, dan dikehendaki dalam kehidupan.
Nilai-nilai
dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia adalah basis filosofis dari setiap
aktifitas berpikir, berucap dan bertindak, yang mencerminkan tujuan bersama
yang hendak dicapai. Nilai Dasar Pergerakan tersebut merupakan suatu bentuk
sublimasi antara nilai-nilai keIslaman, kemanusiaan, keadilan, dan
keIndonesiaan dengan kerangka pemahaman keagamaan Ahlussunnah wal Jama’ah yang
menjiwai berbagai aturan, memberi arah, dan mendorong serta penggerak dalam
kegiatan-kegiatan PMII untuk mencapai satu tujuan yang sama.
Sebagai
falsafah gerakan mahasiswa, NDP menjadi sebuah keyakinan yang mendasari dalam
menerjemahkan platform dalam bergerak dimana NDP tersebut berperan dalam
menerjemahkan hubungan antara hubungan gagasan dengan realitas dalam pengalaman
Ahlussunnah wal Jama’ah. Jika diibaratkan manusia, pergerakan adalah jasadnya,
sedangkan NDP adalah ruh yang menghidupi jasad tersebut. Jika ada sebuah upaya
pergerakan tanpa memiliki nilai-nilai yang menjadi ruh, maka pergerakan tak
ubahnya seperti sebuah mayat hidup. Oleh karena itu, NDP kemudian dijadikan
sebuah landasan dan arah bergerak dalam mewujudkan nilai-nilai keIslaman,
keIndonesiaan, dan kemanusiaan.
Kemudian
sebagai pemberi keyakinan dan pembenaan mutlak, Islam mendasari dan
menginspirasi NDP ynag meliputi cakupan akidah, syariah dan akhlak dalam upaya
kader PMII untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
B. Kedudukan dan Fungsi NDP
a. Kedudukan
NDP
1. Nilai
Dasar Pergerakan menjadi sumber kekuatan ideal-moral dari aktifitas pergerakan.
2. Nilai
dasar pergerakan menjadi pusat argumentasi dan pengikat kebenaran dan kebebasan
berpikir, berucap dan bertindak dalam suatu aktivitas pergerakan.
b. Fungsi
NDP
1. Landasan
Berpikir
Bahwa
NDP menjadi landasan pendapat yang dikemukakan terhadap persoalan-persoalan
yang dihadapi, landasan untuk menyampaikan gagasan, ide-ide dan nilai-nilai
yang akan memperkuat level kebenaran ideal yang ditemukan pada setiap persoalan
yang dihadapi.
2. Landasan
Berpijak
Bahwa NDP menjadi
landasan setiap gerak langkah dan kebijakan yang harus dilakukan, landasan
bergerak dalam aksi, aktualisasi, kerja nyata, dan analisis sosial untuk
mecapai kebenaran faktual.
3. Landasan
Ideologis
Bahwa NDP menjadi rumusan
dalam bergerak dan berpikir, berbuat, dan bergerak sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya guna mendorong terciptanya proses yang progresif dalam
kehidupan sosial.
C.
Rumusan
NDP
1. Tauhid
Meng-Esakan Allah SWT, merupakan nilai paling sesuai dalam konsepsi NDP
dimana dalam sejarah agama samawi terkandung hakikat kebenaran manusia sejak
awal keberadaannya. Allah adalah Esa dalam
segala dzat, sifat-sifat dan kehendak-Nya.
Allah adalah esa dalam segala totalitas, dzat, sifat dan perubahan
Allah. Keyakinan seperti itu merupakan
keyakinan terhadap sesuatu yang lebih tinggi dari pada alam semesta, serta
merupakan kesadaran dan keyakinan kepada yang ghaib. Oleh karena itu, tauhid
merupakan titik puncak, melandasi, dan menjadi sasaran keimanan yang mencakup
keyakinan dalam hati, penegasan lewat lisan, dan perwujudan dalam perbuatan.
Maka konsekuensinya pergerakan harus mampu melarutkan nilai-nilai tauhid dalam
berbagai kehidupan serta terkomunikasikan dan merambah ke sekelilingnya. Dalam
memahami dan mewujudkan itu, pergerakan telah memiliki Ahlussunnah wal jama’ah
sebagai metode pemahaman dan penghayatan keyakinan itu. Dengan demikian, maka
kader PMII harus menerapkan nilai-nilai Tauhid dalam kehidupan sehari-hari
sehingga dalam mehami dan menghayati ke-Esaan Allah SWT, PMII telah meiliki
landasan yang kuat karena berpedoman Ahlussunnah wal jama’ah sebagai metode
pemahaman dan penghayatan keyakinan tersebut.
2. Hubungan Manusia dengan Allah
Allah adalah Pencipta
segala sesuatu, termasuk manusia. Dia menciptakan manusia dalam bentuk
sebaik-baik dan menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia di hadapan
ciptaan-Nya yang lain.
Kedudukan seperti itu
ditandai dengan pemberian daya fikir, kemampuan berkreasi dan kesadaran moral.
Potensi itulah yang memungkinkan manusia memerankan fungsi sebagai hamba (‘abd)
dan wakil Tuhan di muka bumi (kholifatul fil ard). Sebagai hamba Allah, manusia
harus melaksanakan ketentuan-ketentuannya. Untuk itu manusia dilengkapi dengan
kesadaran moral yang selalu harus dirawat, manusia tidak ingin terjatuh ke
dalam kedudukan yang rendah.
Tugas utama manusia sebagai hamba Allah
yaitu mengabdi dan menyembah Tuhan yang tercantum dalam QS. Al-Dzariyat ayat
56: لِيَعْبُدُونِ إِلَّا وَالْإِنْسَ الْجِنَّ خَلَقْتُ وَمَا
yang artinya (“Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”). Meng-Esakan
Tuhan dan tidak menyekutukan serta menyerupakan Tuhan dengan makhluk yang
lainnya (QS. Al-Ikhlas: 1-4), selain itu manusia juga diberi kewajiban untuk
beribadah dan mengikhlaskan semua amal ibadahnya hanya untuk Allah (Qs: Shad : 82-83).
Sedangkan sebagai pemimpin di muka bumi, manusia memiliki kewajiban untuk
menjaga dan memakmurkan lingkungan sekitarnya, bukan malah merusaknya. (Qs.
Al-Baqarah : 30). Kedua pola tersebut harus mampu berjalan selaras dan seimbang
agar mampu mengantarkan manusia pada posisi kemanusiaan yang sesungguhnya dan
akan mampu menginterpretasikan nilai dan prinsip Tauhid secara utuh dan
holistik.
Dengan demikian, dalam
kedudukan manusia sebagai ciptaan Allah, terdapat dua pola hubungan manusia
dengan Allah, yaitu pola yang didasarkan pada kedudukan manusia sebagai
khalifah Allah dan sebagai hamba Allah. Kedua pola ini dijalani secara
seimbang, lurus dan teguh dengan tidak hanya menjalani yang satu dengan
mengabaikan yang lain. Sebab memilih salah satu pola akan membawa manusia
kepada kedudukan dan fungsi manusia yang tidak sempurna. Sebagai akibatnya
manusia tidak akan dapat mengejawantahkan prinsip tauhid secara maksimal. Pola
hubungan manusia dengan Allah ini disebut juga pola vertikal yakni hubungan
individu dengan Sang Pencipta.
3. Hubungan
Manusia dengan Manusia
Manusia adalah makhluk yang diciptakan
paling sempurna di antara makhluk-makhluk Allah lainnya yang ditandai dengan
ruh yang ditiupkan Allah kepada raga manusia dan pemberian cipta, rasa dan
karsa. Hal ini menunjukkan bahwa maanusia memiliki kedudukan paling mulia di
antara ciptaan Allah lainnya. Memahami ketinggian eksistensi dan potensi yang
dimiliki manusia tersebut, maka manusia memiliki kedudukan yang sama antara
satu dengan yang lainnya. Sebagai warga dunia manusia adalah satu, sebagai
warga negara manusia adalah bangsa dan sebagai mukmin manusia adalah
bersaudara.
Adapun di hadapan Allah,
manusia dibedakan oleh Allah dalam hal ketaqwaannya, bukan karena harta ataupun
jabatannya di dunia. Masing-masing manusia diciptakan dengan beragam potensi
mulai dari potensi kebaikan maupun potensi kelemahan. Oleh karena itulah
manusia harus meneguhkan iman, takwa, dan amal sholeh guna mewujudkan kehidupan
yang baik dan menjadi rahmat di dunia. Dalam hubungannya dengan sesama manusia,
hubungan ini dikatakan sebagai pola horizontal yakni hubungan yang sejajar dan
perlu adanya timbal balik.
Manusia adalah makhluk
sosial, yakni tidak mungkin bisa hidup sendiri sehingga terciptalah komunitas
yang bernama masyarakat dan negara. Hal pertama yang harus dilakukan adalah
membina kerukunan dengan semua orang Islam (Ukhuwah Islamiyah) maupun dengan
non-Islam guna membangun persaudaraan yang kekal hingga akhir hayat serta
terciptanya kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh manusia di muka bumi.
Selain itu, manusia juga dituntut untuk saling menghormati, bekerjasama, serta
saling menasehati dan mengajak kepada kebenran demi kebaikan bersama. Banyak
hal yang dilakukan untuk menjalin hubungan antara manusia, seperti yang
disebutkan dalam QS. Al-Balad ayat 17 untuk saling tolong-menolong dan kasih
sayang.
ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ
”Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang
beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih
sayang”.
Nilai-nilai yang
dikembangkan dalam hubungan antar manusia tercakup dalam persaudaraan antar
insan pergerakan, persaudaraan sesama umat Islam (al-Hujuraat, 9-10),
persaudaraan sesama warga negara dan persaudaraan sesama umat manusia.Perilaku
persaudaraan ini harus menempatkan insan pergerakan pada posisi yang dapat
memberikan manfaat maksimal untuk diri dan lingkungannya.
Kita hidup bernegara di
Indonesia yang merupakan negara plural, memiliki beraneka ragam agama, suku,
adat istiadat, budaya dan bahasa yang beraneka ragam. Dengan demikian, maka
perlu adanya kesadaran kebangsaan yang mempersatukan bangsa dalam kesatuan
cita-cita menuju kemanusiaan yang adil dan beradab (Ukhuwah Islamiyah). Dan untuk
mencapai keadilan yang demikian maka dalam kehidupan bernegara warga harus
saling menghhormati harkat dan martabat, derajat serta berlaku adil guna
menciptakan kerjasama secara damai untuk kehidupan bersama. Selain itu,
masyarakat juga dituntut untuk saling menghormati, bekerjasama,
tolong-menolong, menasehati dan saling mengajak kepada kebenaran demi kebaikan
bersama.
Di sisi lain, Indonesia
bukanlah satu-satunya negara yang ada di muka bumi ini melainkan juga
berdampingan dengan banyak negara lainnya. Maka selanjutnya kita juga perlu
memperhatikan adanya nilai-nilai humanisme universal (Ukhuwah Islamiyah) yang
mengikat seluruh umat manusia dengan satu ikatan kokoh bernama keadilan.
Nilai-nilai yang
dikembangkan antara manusia tercakup dalam persaudaraan antara insan
pergerakan, sesama umat Islam, warga negara dan sesama umat manusia. Sehingga
perilaku ini menempatkan insan pergerakan pada posisi yang diharapkan dapat
memberikan manfaat untuk diri maupun
lingkungan sekitarnya. PMII sebagai organisasi kaderisasi tidak terpisahkan
dengan hubungan antar masyarakat yang beraneka ragam baik muslim maupun non
muslim serta hubungan dengan Negara Indonesia. Hubungan ini sudah selayaknya
memberikan dampak nilai positif sebagai organisasi pergerakan yang mampu menerjemahkan
nilai-nilai keadilan, keselarasan, toleransi,tanggung jawab dan gotong royong
dalam mencapai kesamaan derajat dalam kemanusiaan.
4. Hubungan Manusia dengan Alam
Alam yang
diciptakan oleh Allah SWT tak ubahnya menunjukkan tanda-tanda keberadaan, kebesaran,
sifat dan perbuatan Allah yang menunjukkan makna bahwa nilai tauhid juga
mencakup hubungan manusia dengan alam. Alam semesta adalah
ciptaan Allah, (Q.S. Hud:61, Al-Qoshash:77). Dia menentukan ukuran dan
hukum-hukumnya, (Q.S. An-Nahl: 122, Al-Baqoroh:130, Al-Ankabut:38).
Dia menentuka kadar dan hukum-hukumnya, alam juga menunjukan
tanda-tanda kebenaran, sifat dan perbuatan Allah, Allah mendudukan Alam untuk manusia, dan bukan sebaliknya. Jika hal ini terjadi dengan
sebaliknya, maka manusia akan terjebak dalam penghamban kepada alam, bukan
kepada Allah, Allah menciptakan manusia sebagai kholifah, sudah sepantasnya
manusia menjadikan bumi maupun alam
sebagi wahana dalam bertauhid dan bukan sebagi obyek ekspolitas, hal ini
terkandung dalam surat Al-Qashas:77.
الْمُفْسِدِينَ
يُحِبُّ لَا اللَّهَ إِنَّ ۖ الْأَرْضِ فِي الْفَسَادَ تَبْغِ وَلَا
“ Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Manusia memiliki
peranan dalam memimpin dan mengelola alam ciptaan Alalah di antaranya melalui
pemanfaatan sumber daya alam, memakmurkan bumi dan menyelenggarakan kehidupan demi tercapainya
kemakmuran di dunia yang diarahkan kepada kebaikan di akhirat. Cara-cara
yang demikian dilakukan untuk mencukupi kebutuhan dasar dalam kehidupan
bersama, seperti kebutuhan manusia terhadap pekerjaan, nafkah dan masa depan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
salah satu contoh hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia. Manusia
menciptskan hal tersebut salah satunya yakni dengan tujuan dalam rangka
memudahkan pemanfaatan alam dimana alam memiliki ukuran, aturan, dan hukum
tertenu. Hal ini dilakukan karena alam
ciptaan Allah tak seutuhnya siap pakai melainkan perlu adanya pemahaman
terhadap alam dan ikhtiar untuk mendayagunakannya.
Maka jelaslah hubungan
manusia dengan alam ini merupakan hubungan horizontal seperti hubungan manusia
dengan manusia, yakni hubungan pemanfaatan alam untuk kemakmuran bersama. Hidup
bersama antara manusia dengan alam berarti hidup dalam kerjasama, tolong
menolongan dan tenggang rasa. Implementasinya, setiap kader harus menjaga alam
dari bahaya yang merusaknya. Misalnya, menjaga alam dari bahaya nuklir,
penebangan hutan, eksploitasi alam atau kerusakan alam akibat bom bunuh diri
yang akhir–akhir ini ramai diperbincangkan. Ini semua dilakukan sebagai bentuk
implementasi nilai–nilai yang ada di PMII dalam menjaga alam dan manusia itu
sendiri.
D.
Implementasi
NDP dalam PMII
PMII
menggunakan NDP sebagai landasan teologis, normatif, etis, dan motivatis dalam
pola berpikir, sikap dan perilaku kader baik secara individu maupun kolektif
keorganisasian lembaga. NDP harus selalu dikaji dan dipahami secara mendalam
dan komperehensif agar mampu dihayati secara utuh dan holistik, dijadikan
pegangan secara teguh dan mampu diterjemahkan dalam berperilaku.
Pengalaman
NDP akan selalu selaras dan seimbang dengan tujuan hidup dalam menerjemahkan
nilainilai keIslaman, ke-Indonesiaan, dan kemanusiaan. Nilai ke-Islaman yang di maksud adalah Ahlussunnah
wal Jama’ah sebagai landasan teologis normatif. Kemudian nilai ke-Indonesiaan
yakni sebuah tujuan pejuangan PMII yang tidak terlepas dari cita-cita besar
NKRI sesuai dengan UUD 945 yakni menciptakan masyarakat yang adil dan
sejahtera. Sedangkan nilai kemanusiaan yang dimaksud adalah kader PMII mampu
mewujudkan dan mengaktualisasi dirinya menjadi manusia seutuhnya yang merdeka,
memiliki kehendak dan mampu melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba di
hadapan Allah SWT.
Dengan
adanya NDP ini, para kader diharapkan agar
selalu mengingat-Nya dan patuh akan aturan-Nya serta menjauhi segala larangan
yang sudah ditetapkan. Mencari ridho Allah adalah target harapan dari semua
gerak/tindakan/perilaku yang didapatkan tidak mudah.
Adapun nilai yang mendasar lainnya yang berhubungan dengan manusia,
mahasiswa diharapkan agar dapat berhubungan
dengan manusia dengan baik dengan selalu menjaga dan membantu antar umat dengan
baik. Pada kader saat ini dilihat secara objektif banyak yang sudah tanggap
terrhadap keadaan manusia, kalau kita amati bahwa mahasiswa begitu antusiasnya
dalam keikutsertanya dalam pembangunan negeri ini yang utamanya untuk
kepentingan manusia banyak tetapi nilai yang mendasar untuk melindungi seluruh
umat manusia dengan seadil-adilnya masih berat dirasakan. Selain hubungan dengan Allah SWT dan manusia yang
harus terjalin baik atas dasar nilai gerakan sosok mahasiswa ada satu lagi
yaitu hubungan dengan alam. Alam merupakan tempat dimuka bumi yang terdapat
banyak unsur dan macam-macamnya tidak terlepas dari kehidupan dan kebutuhan
manusia. Sebagai tempat hidup dan tempat menjalani semua aktifitas maka
perlu adanya tempat yang baik dan nyaman untuk melakukan sebuah tindakan gerak.
Sebagai mahasiswa tempatnya para ilmuan dan para intelektual perlu sekali untuk
mengkaji alam ini agar dapat terlestari dengan baik.
Komentar
Posting Komentar