Mengenal Beberapa Tradisi Maulid Nabi
PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW
oleh : Inayah Nisa (biro infokom)
Peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi merupakan sebuah momentum untuk mempertebal
ketaqwaan dalam diri kita. Maulid Nabi jatuh pada setiap 12 Rabiul Awal kalender Hijriah.
Setiap orang dimanapun itu memiliki berbagai cara untuk merayakan peringatan
Maulid Nabi ini. Setiap daerah memiliki keunikan tersendiri dalam
penyelenggaraannya. Keunikan itu pada dasarnya merupakan bentuk syukur kepada
Allah SWT atas nikmat dan karunia yang sudah didapatkan. Hal tersebut tidak
lepas dari budaya dan tradisi yang ada di daerah tersebut. Sebagai contohnya
antara lain, adalah :
1. Grebeg Maulud
Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi
disebut Grebeg Mulud. Kata gerebeg artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan
dan para pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan
Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan
sebagainya.
Puncak peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW
diperingati dengan penyelenggaraan upacara Grebeg Maulud. Puncak dari upacara
ini adalah iringan gunungan yang dibawa ke Masdjid Agung.
Setelah
di masjid diselenggarakan doa dan upacara persembahan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa, sebagian gunungan dibagi-bagikan pada masyarakat umum dengan jalan
diperebutkan. Grebeg Maulud ini sering dilakukan di daerah Jawa Tengah.
2. Kirab Ampyang
Warga di Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, juga
memiliki tradisi tersendiri. Mereka melakukan kirab Ampyang di depan Masjid
Wali.
Pada awalnya kegiatan ini merupakan media penyiaran
agama Islam di wilayah tersebut. Tradisi itu dilakukan oleh Ratu Kalinyamat dan
suaminya Sultan Hadirin.
Tradisinya
dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan ampyang atau nasi dan krupuk yang
diarak keliling Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, sebelum menuju ke
Masjid Wali At Taqwa di desa setempat. Masing-masing peserta, menampilkan sejumlah kesenian, seperti
visualisasi tokoh-tokoh yang berjasa pada saat berdirinya Desa Loram Kulon
serta visualisasi sejarah pendirian Masjid Wali At Taqwa.
Setelah sampai di Masjid Wali, tandu yang berisi nasi bungkus
serta hasil bumi yang sebelumnya diarak keliling desa didoakan oleh ulama
setempat, kemudian dibagikan kepada warga setempat untuk mendapatkan berkah.
3. Bungo Lado
Tradisi Bungo Lado yang berarti bunga cabai adalah
milik warga Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Bungo lado merupakan
pohon hias berdaunkan uang yang biasa juga disebut dengan pohon uang. Uang
kertas dari berbagai macam nominal itu ditempel pada ranting-ranting pohon yang
dipercantik dengan kertas hias.
Tradisi bungo lado menjadi kesempatan bagi warga yang
juga perantau untuk menyumbang pembangunan rumah ibadah di daerah itu.
Karenanya, masyarakat dari beberapa desa akan membawa bungo lado.
Pohon uang dari beberapa jorong (dusun) itu kemudian akan dikumpulkan. Uang yang terkumpul biasanya mencapai puluhan juta
rupiah dan disumbangkan untuk pembangunan rumah ibadah. Tradisi maulid ini
biasanya digelar secara bergantian di beberapa kecamatan.
Dalam hal ini, sumbangan uang diumpamakan dengan bunga
cabai tersebut. Sumbangan bungo lado ini merupakan simbol dari rasa syukur atas
nikmat yang diberikan Allah.
Nah itulah
beberapa contoh perayaan Maulud Nabi yang ada di daerah-daerah Indonesia.
Bagaimanapun itu kita semua punya cara sendiri untuk menunjukkan cinta kita
kepada Nabi Muhammad SAW.
Nah teruntuk
sahabat-sahabatiku sekalian, bagaimanakah perayaan Maulud nabi versi kalian?
Share di kolom
comment ya J
Shollu 'ala Nabi Muhammad
BalasHapus